Minggu, 11 Oktober 2009

tetap berharap


dulu kala...

seribu senyuman selalu di limpahkan pada Si Manja..
tak kunjung lelah tu hibur dirinya...


sekarang...

memang egois...
tak suka kalian berjalan dinamis sendirian...
pergi tak pernah menoleh...

aku memang bodoh tak pernah mau belajar kehilangan...
mengelak itu tak mungkin, tak mungkin terjadi...

sejak awal ku sudah tau...
kalian hanya sedang singgah dari lompatan-lompatan besar berikutnya...
tapi aku masih linglung karena kalian benar-benar pergi...

kemana kalian?

kini esensi tercerai berai...
eksistensi akankah berakhir??

bingung si manja itu harus ku apakan?
apakah ia sebaiknya diberikan kepada yang berhak?
tapi menurutku tak ada yang lebih paham...
tak ada yang lebih sayang...
tak ada yang lebih mencintai dia selain yang sudah membesarkannya...

dia tak bisa menangis...
tak bisa berteriak...
tak bisa merengek...
tapi bisakah kalian rasakan saat ini dia sedang terombang-ambing...
tersesat tak tau mau kemana...

padahal si manja itu harus mengejar waktu sebelum waktu membunuhnya...
atau ia mati bukan karena waktu,tapi karena perintisnya...
yang merelakannya pada orang yang tak pernah paham siapa anak manja itu...
pasrah oleh subjektifitas...

kalaupun ia hidup hanya nama yang ada...
jiwanya akan tidur dan digantikan sang boneka baru...
kuharap kalian tidak menutup telinga, tidak pura-pura buta...
coba kalian rasakan kini warnanya sudah semakin pudar...
tidak sepekat yang lalu...
karena si manja itu rindu kalian yang menafkahinya...

dia yang kini mati suri di kebun hijau...


masa depan...

aku tetap berharap...
ada atau tanpa siapa pun...
kalian tetap jadi neraca yang seimbang...
karena ku tau jejaknya tetap terpahat utuh di diri kalian...

090909

1 komentar:

bapao on 12 Desember 2009 pukul 04.14 mengatakan...

Hmm...i cry..

Posting Komentar

 

pena dalam pandora... Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template