Minggu, 29 November 2009

Remember, Hope, and Denial

0 komentar
Aliran itu indah
Matahari sembunyi
Petir menggelegar
Air jatuh ke permukaan
Sore itu dingin
Diiringi deru mesin
Saat bercengkrama selagi teduh
Sambil menerka ada apa esok

Aku bekerja selagi matahari mampu temani
Lalu menyusuri sugai tuk pulang
Aku kesal tak mau kembali ikuti norma adat
Tapi senyumnya luluhkan amarah
Warna-warni kartu temani malam
Rasanya semakin nyaman
Abaikan yang menggangu

Aku kerasan bersama mereka....
Bersamanya...

Senang rasanya namaku di panggil-panggil
Diberi kebahagiaan

Malam terakhir ku duduk-duduk di dermaga
Menunggu awak berseragam biru pulang
Menatap langit dengan ladang bintangnya
Ku ucapkan harapan saat bintang berpindah
Mungkin itu hanya dongeng

Hey...awak berseragam biru!!!
Kau akan tetap kuanggap baik
Tapi sudah waktunya ku lepas
Mencoba menanak hidup
Menyusuri dengan jejak langkah
Mungkin tanpamu
Tanpa siapapun
Karena tak mungkin terus berharap
Hingga harus menyangkal hidup

Selasa, 17 November 2009

Gapai Langitnya

0 komentar
tatapan itu kosong
tak kenal arah tujuan

celotehnya beri tawa
tapi ia tak paham maknanya

suara sulit dilahap
sebab pikirannya lambat

hingga yang sulit tak sanggup dicapai
tapi semua tak pernah pasti

ia coba rakit sediri
buang keterasingan
abaikan ketersisihan
usaha tuk tampil apa adanya

walau ia paham wujudnya
tak ada sepasang mata melirik
mereka pun beri jarak
bahkan beberapa lari

tak lantas ia tegar
kadang berfikir lenyap dari sosialitas
berharap tak rasakan lelah
saat harus memerah hidup

berharap ia bisa melaju
tersenyum dalam keluguan
tak pernah sesali ketersediaan
nafkahi rasa jadi jamak

pilunya jadi semngatnya esok
kembali curi keangkuhan
menyusuri ladang angkasanya
kadang sesat jadi bimbang
 

pena dalam pandora... Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template